Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Februari 2011

Peluang Bisnis Minimarket Masih Terbuka Lebar

Peluang Bisnis Minimarket Masih Terbuka Lebar

.

Peluang Bisnis Minimarket Masih Terbuka Lebar 

wihans.web.id | wihans.com – Pilihan bisnis terbuka lebar asalkan jeli melihat peluang, selain karena memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai bidang usaha yang menjadi incaran. Jika bisnis waralaba minimarket masuk dalam daftar pilihan usaha yang ingin Anda jalankan, bersiaplah menikmati keuntungan yang melebihi investasi deposito.
Tentunya Anda juga harus memenuhi sejumlah kriteria pewaralaba dan karakter bisnis ritel modern. Sebelum bicara mengenai karakter pebisnis waralaba yang sukses, ada baiknya Anda memahami untung rugi menjadi pewaralaba minimarket.
Dalam acara temu media bersama Laurensius Tirta Widjaja, Merchandise Development Director Indomaret, dan Wiwiek Yusuf, Marketing Director, diungkapkan data dan fakta mengenai bisnis ritel modern. Dari data dan angka pencapaian Indomaret dalam menjalankan bisnis ritel, termasuk konsep waralaba, Anda bisa mengukur potensi bisnis minimarket ke depannya.
Mari bicara keuntungan
Sebelum bicara berapa nilai investasi, omzet, bahkan risiko berbisnis minimarket, tak ada salahnya membahas profit untuk mendorong niat memulai usaha waralaba. Lauren menyebutkan, profit menjalani bisnis waralaba Indomaret mencapai atau bahkan lebih dari 12 persen per bulan. “Profit yang didapatkan pewaralaba lebih dari keuntungan deposito,” jelasnya, memberikan perbandingan sebagai gambaran sederhana.
Risiko gagal
Bagaimana jika gagal menjalankan bisnis waralaba minimarket karena jarang peminat, atau karena persaingan yang nyata di depan mata, seperti minimarket yang berdiri berdampingan dengan pesaing sekelasnya. Wiwiek menjawab, ukuran risiko kegagalan franchise bisa dilihat dari tingkat kegagalan di bawah 10 persen.
“Artinya dari 100 orang yang berinvestasi waralaba minimarket hanya 10 yang gagal. Tingkat kegagalan waralaba Indomaret di bawah 10 persen,” jelasnya kepada sejumlah media di restoran Te sa te, Plaza Senayan, Selasa (8/2/2011).
Pelajari omzetnya
Omzet gerai minimarket per bulan juga bisa menjadi acuan dalam menghitung keuntungan. Sebagai pewaralaba, Anda tentu membutuhkan data ini. Wiwiek berbagi infonya, “Omzet per gerai bisa mencapai 9-10 juta per hari.”
Performa inilah yang membuat Indomaret percaya diri berekspansi dari segala sisi pada 2011. Dari meningkatkan pertumbuhan waralaba dari 38 persen menjadi 42 persen, menambah 800 gerai baru, menambah tiga cabang yang tersebar di Sumatera Selatan, Makassar, Cirebon, serta berbagai pengembangan nilai tambah lainnya untuk menarik lebih banyak pelanggan loyal. Sebagai catatan, satu cabang menyuplai kebutuhan 300 toko dalam satu provinsi.
Lama waktu payback
Ketika Anda berinvestasi dengan berbisnis minimarket, lama waktu kembali modal juga jadi soal. Dengan perubahan gaya hidup dan peluang pasar potensial, payback bisnis minimarket bisa terjadi dalam 24-45 bulan. Data ini merujuk pada pengalaman waralaba Indomaret dengan nilai investasi Rp 300-500 juta termasuk franchise fee dan royalty fee, di luar sewa properti atau gedung untuk toko, jelas Lauren.
Program bernilai tambah dari terwaralaba (franchisor)
Sebagai perusahaan yang menawarkan sistem franchise, franchisor perlu kreatif mengembangkan program yang memberikan nilai tambah. Tentunya yang menguntungkan pelanggan dan secara tidak langsung juga dinikmati pewaralaba. Semakin banyak program menarik pembeli semakin bertambah dan penjualan meningkat. Pewaralaba pun menikmati keuntungan dari hal ini. Kartu keanggotan yang memberikan berbagai kemudahan adalah salah satunya. Indomaret mengklaim memiliki 500.000 anggota dan menargetkan menjadi satu juta sampai akhir tahun 2011.
Kerjasama pengiriman uang untuk TKI melalui Indomaret juga menjadi daya tarik lainnya. “Pewaralaba bisa menikmati profit 12-15 persen dari fee pengiriman uang ini. Setiap pewaralaba bisa menentukan sendiri berapa profit yang ingin didapatkannya,” jelas Lauren.
Nilai transaksi jasa pengiriman uang ini bisa mencapai Rp 30 juta per satu kali pengambilan. “Minimum pengambilan uang Rp 3 juta. Tapi bisa lebih hingga Rp 30 juta asalkan dengan pemberitahuan sebelumnya,” lanjutnya.
Program yang dirilis sejak empat tahun lalu ini memudahkan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan yang tinggal berdekatan dengan gerai. Tentunya karena minimarket buka lebih pagi dan tutup lebih malam daripada bank, misalnya. Syaratnya hanya satu, gerai tersebut berlogo Western Union yang menjadi pertanda tersedianya layanan jasa pengiriman uang dari luar negeri.
Tertarik berwirausaha gerai ritel modern? Waralaba minimarket membuka peluangnya, seperti Indomaret, yang 40 persen dari 4.955 gerai hingga akhir 2010 dimiliki oleh pewaralaba.
[ sumber : female ]

Juragan Lintah Beromzet Jutaan Rupiah

Juragan Lintah Beromzet Jutaan Rupiah

.

Juragan Lintah Beromzet Jutaan Rupiah 

wihans.web.id | wihans.com – Menjijikkan tapi menguntungkan. Begitulah slogan Midin Muhidin, pengusaha dari Depok, Jawa Barat, dalam mengibarkan usaha lintahnya. Di tangannya, binatang penghisap darah ini justru membawa berkah dan rezeki. Baru setahun lebih usahanya berjalan, ia sudah bisa mengantongi omzet hingga Rp 120 juta per bulan.
Sebelum memulai bisnis lintah, Midin Muhidin adalah seorang karyawan di semuah perusahaan perakitan pompa minyak dan gas dengan jabatan document controller and HSE safety. Bosan menyandang status karyawan kantoran dengan rutinitas jam kantor dan penghasilan pas-pasan selama tujuh tahun, ia pun memutuskan untuk berwiraswasta.
Midin lantas meninggalkan pekerjaannya. “Dengan jam kerja yang fleksibel, membuat saya punya lebih banyak waktu luang bagi diri sendiri,” kata Midin. Pria kelahiran 15 Juli 1972 ini kemudian berburu informasi mengenai komoditas yang paling menguntungkan untuk dibudidayakan. Sampai suatu ketika, Midin melihat peluang usaha lintah secara kebetulan.
Ceritanya, saat itu, dia mengantarkan orang tua angkatnya yang sakit stroke stadium tiga untuk terapi lintah di Depok. “Ajaib, setelah dua kali terapi, orang tua saya menunjukkan perubahan yang signifikan, hampir sembuh total dan bisa berjalan lagi,” ujar Midin.
Sejak itu, ia mulai yakin khasiat terapi lintah. Dari hasil ngobrol sana-sini dengan banyak terapis lintah, ternyata mereka selama ini kesulitan mencari binatang penyedot darah itu karena pemasoknya masih jarang. Apalagi yang membudidayakan sendiri. “Saya pikir, ini peluang bisnis yang sangat bagus,” kata Midin.
Akhirnya, Midin memulai usaha pada September 2009 dengan modal Rp 10 juta. Ia memakai dana ini untuk biaya renovasi lahan dan pembelian 500 indukan lintah seharga Rp 1,5 juta. Dia pun membangun badan usaha CV Enha Farm untuk peternakan lintahnya.
Beruntung, lahan budidaya lintah yang ia pakai seluas kurang dari satu hektare di daerah Limo, Depok milik saudaranya. Jadi, Midin tidak perlu membayar sewa. “Saya hanya menumpang lahan,” ungkap dia.
Di awal-awal usaha, teman-temannya banyak meragukan keberhasilan budidaya lintah. “Bisnis lintah saat itu masih tergolong asing dan terapi lintah ketika itu juga belum banyak yang tahu,” imbuhnya.
Tetapi, Midin jalan terus sambil mempelajari manfaat lintah sebagai alat terapi dari bermacam referensi secara otodidak. Hasilnya, terapi lintah ternyata sudah sangat populer dalam dunia kedokteran di pelbagai negara, seperti Rusia, China, Jerman, dan Prancis. Bahkan, menurutnya, bangsa Mesir kuno sudah mempraktekkan pengobatan alami ini. Fungsi lintah untuk mengisap darah kotor yang ada di dalam tubuh manusia.
Itu sebabnya, terapi lintah bisa mengobati bermacam penyakit termasuk diabetes dan stroke. Saat lintah menyedot darah kotor, binatang tersebut juga melepas zat hirudinnya yang berfungsi sebagai antikoagulan yang dapat mencegah penggumpalan darah.
Tapi, tak sembarang lintah bisa dipakai untuk terapi. Hanya lintah jenis Hirudo medicinalis atau Hirudo spinalis yang bisa digunakan sebagai sarana terapi. Di Indonesia, lintah ini dikenal dengan nama lintah kerbau. Lintah kerbau hanya hidup di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Makanya, negara-negara barat selalu mencari lintah kerbau ke tiga negara tersebut dengan jumlah permintaan yang tinggi. “Thailand dan Malaysia sudah lebih dulu mengekspor lintah,” tutur Midin.
Menurut Midin, budidaya lintah cukup mudah lantaran tidak membutuhkan lahan yang luas. Biaya budidaya pun sangat murah. Ia bisa menampung sekitar 1.000 ekor lintah dalam satu bak berukuran 2×3 meter hanya dengan memberi pompa oksigen. Air diganti setiap dua pekan sekali. Risiko paling besar hanya polutan seperti asap rokok yang mampu menimbulkan risiko kematian si lintah.
Pakan lintah antara lain belut hidup. Lintah menghisap darah belut saban dua pekan. Perhitungannya, 20.000 lintah butuh 4 kilogram belut yang harga sekilonya Rp 52.000. Pembiakan hewan hermaprodit ini gampang saja, karena cepat berkembang biak. Alhasil, dua bulan pertama mengawali usaha, Midin sudah mendapatkan banyak lintah. Panen pertama, dia meraih omzet Rp 50 juta.
Kewalahan memenuhi lintah kering
Permintaan lintah untuk terapi memang sangat banyak. Di bulan ketiga, Midin sudah mencetak omzet hingga Rp 75 juta. Sebulan kemudian, penjualannya mencapai Rp 100 juta. Di awal tahun 2010, CV Enha Farm sudah mencatat penjualan lintah Rp 120 juta per bulan.
Ia menjual 10.000 lintah per pekan untuk terapi dengan harga Rp 3.000 per ekor. Dari total penjualan Rp 120 juta sebulan, Midin mengantongi keuntungan hingga separuhnya, Rp 60 juta.
Kesuksesan yang diraihnya dalam waktu sekejap membuat banyak orang terinspirasi mengikuti jejaknya. Kini, bermunculan pembudidaya hewan pengisap darah ini. Namun, Midin tak menganggapnya sebagai saingan. “Saya yakin setiap pembudidaya sudah memiliki jaringan masing-masing,” ujar pria 39 tahun ini.
Lagipula, ia yakin pasar untuk lintah dan berbagai produk turunannya masih terbuka lebar. “Pasokan dari pembudidaya masih belum cukup memenuhi permintaan,” ujar Midin.
Midin sudah memasok lintah ini untuk banyak terapis di seluruh Indonesia. Para terapis sendiri lebih gampang mendapat pasokan. Sebelum Midin memasok secara rutin, para terapis ini harus mencari lintah dari alam. “Lintah-lintah itu harus dikarantina dulu supaya lebih higienis untuk terapi,” kata Midin. Sementara lintah-lintah dari Enha Farm lebih terjaga kebersihannya.
Midin juga mempromosikan usahanya ke pasar ekspor melalui situs lintahindonesia.com. Dari situs inilah beberapa permintaan lintah kering masuk.
Awal tahun 2010, Midin pun sudah mengekspor lintah kering ke berbagai negara sambil memasok lintah untuk terapis lokal. Dalam sepekan, Midin menjual 10.000 lintah berumur delapan bulan hingga lima tahun ke terapis lokal. Selain itu, Midin pun menjalin kerjasama dengan produsen minyak lintah lokal. Kini, kerjasama dengan pengolah minyak lintah ini sudah berjalan dua tahun.
Midin pun pernah mengirim 50 kilogram lintah kering untuk bahan baku kosmetik ke China. Lintah-lintah kering ini akan diolah kembali menjadi tepung. Puas dengan lintah-lintah kering yang dikirim Midin, pembeli dari China ini menginginkan pasokan kontinyu. Midin pun mendapat pesanan satu ton lintah kering per bulan dengan masa kontrak dua tahun. “Tapi terpaksa saya tolak karena tidak ada stok,” kata Midin.
Padahal, lintah-lintah yang berasal dari Indonesia termasuk lintah kelas mahal dan berkualitas. Kondisi lembab dan curah hujan yang cukup stabil membuat lintah betah tinggal di Indonesia. Lintah tumbuh baik pada wilayah beriklim tropis dengan kelembaban 30 persen.
Karena keterbatasan kapasitas produksi itulah kini Midin hanya mengekspor rutin ke Korea Selatan 500 kilogram lintah kering tiap bulan. Untuk mendapatkan 500 kilogram lintah kering, Midin harus menyediakan 2,5 juta lintah basah.
Proses pengeringan lintah ini cukup sederhana. Midin hanya perlu menjemur lintah yang minimal berusia enam bulan di basah terik matahari. Penjemuran ini memakan waktu sehari hingga kering. Midin bilang, harga lintah kering di pasar internasional berkisar antara 250 dollar AS hingga 400 dollar AS per kilogram. Jadi, sebulan Midin bisa mencetak pendapatan ekspor lintah kering ini hingga Rp 1,8 miliar.
Meski sudah mengekspor lintah kering, Midin tetap melayani para terapis lintah yang sudah menjadi langganannya. “Karena permintaan ini datang setiap hari,” kata Midin. Lagipula, kalau dihitung-hitung, harga lintah segar untuk terapi ini lebih bagus daripada harga lintah kering ekspor.
Selain memasok bahan mentah dan setengah jadi, Midin pun berniat memproduksi produk turunan lintah. Saat ini, produk-produk turunan lintah Midin sedang dalam proses sertifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sejak November 2010 lalu Midin sudah tidak sendirian memasok lintah untuk berbagai kebutuhan dari peternakan sendiri. Ia mengajak puluhan petani umuk bermitra dengannya. Ia pun memberi pelatihan. Kini, para petani sudah memasok lintah secara rutin.
Tumbuh cepat dengan kemitraan
Meski kekurangan pasokan, Midin tak lantas kekurangan akal. Lahan miliknya yang terbatas membuat ia membuka peluang kerjasama bagi pembudidaya lintah dari daerah yang lain.
Kemitraan ini mulai November 2010. Awalnya, Midin menggelar seminar dan pelatihan dua hari tentang budidaya lintah. Ternyata, peminatnya banyak. Namun, ia hati-hati memilih mitra. “Saya membatasi 50 orang saja,” katanya.
Midin mensyaratkan mitra yang kemudian disebut sebagai mitra Enha harus memiliki lahan minimal 50 meter persegi. “Kalau di daerah kan masih banyak lahan kosong,” ujar dia.
Alasan lain Midin berkongsi dengan mitra di daerah adalah untuk mendapat hasil yang maksimal. Sebab, lintah perlu suasana yang sunyi dan minim gangguan. Cuaca di pinggiran Jakarta yang penuh polusi, misalnya, sudah tidak cocok lagi untuk tempat hidup clan berkembang lintah. “Lintah kan tidak bisa hidup di air berkaporit,” imbuhnya. Air tempat hidup si lintah haruslah air tanah.
Selama ini, Midin membudidayakan lintah di kolam-kolam dan bak buatan. Tetapi, binatang pengisap darah ini juga bisa dikembangbiakkan di dalam kolam kanvas dan polytank. Hanya saja, kolam-kolam ini harus diisi tanah, bebatuan, dan tanaman seperti eceng gondok agar si lintah betah. Lintah juga harus dijauhkan dari polutan. seperti tembakau, cat, tiner, garam, dan alkohol. Polutan-polutan ini bisa mengakibatkan lintah mati.
Hingga kini, 50 petani lintah yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Bali, Lombok, dan Papua sudah menjadi mitra Enha. Midin bilang, sistem kerjasama yang ditawarkannya sangat menguntungkan. Mitra Enha wajib memasok lintah yang dalam tiga bulan pertama tidak ditentukan jumlah minimalnya. Midin akan membeli lintah-lintah itu seharga Rp 3.000 per ekor dikurangi biaya 30 persen. “Setiap lintah saya beli dengan harga Rp 2.100,” katanya.
Dengan kemitraan ini, Midin tak Iagi kesulitan mencari pasokan lantaran para mitra rata-rata mengirim 5.000 lintah per bulan. Omzet mitra Enha sekitar Rp 10 juta sebulan. Sementara, Midin bisa mengumpulkan 500.000 lintah dari pelbagai sumber. la mengatakan, saat ini, pasokan lintah dari para mitra sekitar tiga perempat dari total produksi Enha Farm setiap bulannya.
Kerjasama dengan para mitra ini tak berhenti sampai di situ saja. Setelah lewat waktu percobaan tiga bulan kemitraan. Alidin menetapkan target setoran lintah. Tujuannya. agar bisnis berjalan lebih stabil. Namun hingga kini, ia belum menentukan jumlah minimal setoran lintah itu.
Sukses dengan kemitraan tahap pertama, Midin berniat kembali membuka pendaftaran untuk kerjasama dengan mitra Enha baru. “Mungkin dalam waktu dua tiga bulan ke depan,” ujarnya.
Kemitraan baru ini sangat penting. Soalnya, meski pasokan lintah makin bertambah, permintaan lintah kering untuk pelbagai pasar masih besar. Kalau kapasitas produksinya bertambah, ia bakal bisa memenuhi pesanan industri kosmetik di China dan Korea Selatan. “Saat ini, terutama China sedang gencar-gencarnya mengembangkan produk turunan lintah untuk kecantikan,” imbuh Midin.
Ia menambahkan, potensi pasar lintah kering di Negeri Tembok Raksasa mencapai enam ton per bulan. Namun, kalau tidak bisa memenuhi permintaan secara kontinyu, ia tidak bisa mengekspor lintah kering ke China. Selain berkongsi dengan mitra, Midin juga akan menambah produksi lintah dengan menambah lahan milik sendiri. Ia mengincar lahan seluas 12 hektare di Sukabumi. Namun, dia masih terkendala masalah dana. “Usaha lintah kan termasuk usaha yang aneh, jadi kami sulit mencari pendanaan,” katanya yang masih mengandalkan modal sendiri.
[ sumber : bisnis keuangan ]

Berbisnis Bubur Ayam

Berbisnis Bubur Ayam

.

wihans.web.id | wihans.com – [Bisnis & Wirausaha] : Peluang Usaha – Mungkin bubur adalah makanan yang identik dengan orang sakit, anak kecil atau bayi dan lansia. Karena teksturnya yg lembut sehingga mudah dicerna, jadi tak perlu tenaga ekstra untuk mengunyahnya. Umumnya bubur adalah makanan yang terbuat dari bahan baku utama beras yang dimasak hingga lunak.
Agar bubur ayam yang Anda buat lezat, sebaiknya beras yg Anda gunakan harus pulen. Ayam yg digunakan harus segar. Sebelum ayam digoreng untuk suwiran, ayam terlebih dahulu direbus untuk diambil kaldunya. Bumbu kaldu ayam terdiri dari bawang putih, ketumbar, kunyit, jahe, serai dan garam. Untuk Peluang Usaha makanan ini, cara menjualnya dapat dgn cara berkeliling atau mangkal. Namun, sebaiknya berjualan dgn cara mangkal, karena akan lebih menghemat tenaga.

 Seporsi / Semangkuk Bubur Ayam yang menggoda Selera

Asalkan lokasinya strategis, penjualannya tidak kalah bahkan lebih baik dari yg berkeliling. Lakukan promosi dgn membuat spanduk tempat usaha, kualitas dan rasa bubur yg dijual merupakan faktor penting untuk berjalannya promosi dari mulut ke mulut.
Anda dapat mencontoh kesuksesan dalam Peluang Usaha bubur ayam Syarifah. Di Jogja, tepatnya di Jalan Sagan terdapat warung bubur ayam, yg bernama bubur ayam Syarifah. Sajian bubur ayam Syarifah ini, sebenarnya hampir sama dgn sajian bubur ayam yg lainnya. Namun, yg membedakan adalah rasa, penyajian dan pelayanannya. Peluang Usaha yg berdiri sejak tahun 2004 ini, tidak langsung sukses dalam menjalankannya.
Pada umumnya bubur ayam dijual pada pagi hari sebagai menu sarapan. Namun, kini juga mulai bermunculan yg menjual bubur ayam saat sore hingga malam hari. Karena ternyata banyak juga orang yg memilih kuliner ini sebagai menu makan malamnya.

Analisis Ekonomi Peluang Usaha Bubur Ayam,

Modal awal
  • Gerobak Rp 2.000.000,.
  • Tenda, kursi, meja Rp 1.500.000,.
  • Peralatan masak Rp 1.000.000,.
  • Sewa tempat masak Rp 5.000.000,.
  • Bahan baku awal Rp 500.000,. (+)
  • Jumlah Rp 10.000.000,.

Biaya operasional / bulan

Pembelian bahan baku
  • Beras (5 liter x Rp 6000/liter x 30 hari) Rp 900.000,.
  • Daging ayam (2kg x Rp 25.000/kg x 30 hari) Rp 1.500.000,.
  • Bumbu dan bahan pelengkap Rp 60.000 x 30 hari Rp 1.800.000,.
  • Gas elpiji 3kg @ Rp 13.500 x 20 tabung Rp 270.000,.
  • Kotak Styrofoam (50buah x 500/buah x 30 hari) Rp 750.000,.
  • Gaji karyawan Rp 800.000,.
  • Listrik dan Lain-lain Rp 200.000,. (+)
  • Jumlah Rp 6.220.000,.

Perkiraan / Estimasi Pemasukan :

Omset / bulan
  • (70 porsi x Rp 5000 x 30 hari) Rp 10.500.000,.
  • Laba bersih / bulan : (Rp 10.500.000,. – Rp 6.220.000,.) Rp 4.280.000,.
    B.E.P :
  • (Rp 10.000.000,. : Rp 4.280.000,.) = < 3 bulan
Sumber : BisnisUkm.Com

Jumat, 04 Februari 2011

Mencari Peluang Usaha Bagi Para Ibu di Rumah

Mencari Peluang Usaha Bagi Para Ibu di Rumah


 

“Pusing, bingung bagaimana cara mengatur uang bulanan agar cukup untuk kebutuhan satu bulan kedepan sampai waktu gajihan tiba tanpa harus mencari pinjaman”
Begitulah biasanya keluhan para ibu dirumah yang acapkali bingung mengatur keuangan rumah tangga. Jangankan untuk membeli barang-barang yang diinginkan atau menyisihkan uang untuk menabung, untuk membagi pengalokasian uang  agar mencukupi kebutuhan pokok seluruh anggota keluarga termasuk biaya pendidikan anak-anak saja cukup membuat kepala pusing.
Saat ini cukup banyak wanita atau ibu rumah tangga yang ingin sekali bekerja, berbisnis dan menghasilkan uang. Dengan beragam alasan, salah satu diantarnya dalam rangka membantu suami. Karena  penghasilan suami kurang mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak, dan terus merangkak naik seiring dengan semakin melambungnya harga barang-barang kebutuhan pokok. Sementara para ibu ini sudah berusaha semaksimal mungkin mengatur keuangan dan merencanakan pengeluaran agar mencukupi kebutuhan hidup sekeluarga selama satu bulan kedepan.
Namun seringkali tidak mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut, salah satu alasannya diantaranya adalah karena tuntutan dan kewajiban sebagai istri dan ibu (yang merupakan pendidik utama anak-anak) yang mengharuskan ibu untuk selalu berada dirumah, untuk mendampingi anak-anak . Disamping juga tidak mudah menemukan ide bisnis yang sesuai dengan kemampuan, modal yang minim dan bisa dilakukan dirumah dengan mudah.
Nah bagi ibu-ibu yang memiliki masalah ini, bekerja dari rumah bisa menjadi solusinya. Saat ini dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, ingin menjalankan bisnis apapun menjadi sangat memungkinkan. Meskipun dari rumah, tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban utama sebagai ibu rumah tangga. Kemudahan teknologi menyediakan begitu banyak fasilitas gratis, semakin memudahkan impian para ibu untuk menghasilkan uang dari rumah. Sehingga dengan modal minimal, pengalaman minimal, bisnispun bisa dijalankan dari rumah.
Salah satu cara yang cukup mudah untuk menghasilkan uang atau berbisnis dari rumah adalah dengan melakukan bisnis online.
Apa sih bisnis online itu? Sederhananya Bisnis atau cara menghasilkan uang yang bisa dilakukan secara online. Maksudnya memiliki usaha dan melakukan pembelian dan penjualan dengan menggunakan fasilitas internet, sehingga memungkinkan kita melakukan trnasaksi jual beli tanpa harus bertatap muka, dan tentu saja tanpa harus keluar rumah.
Ada begitu banyak ragam bisnis online yang bisa kita manfaatkan untuk menghasilkan uang, mulai dari menjadi affiliate dari beragam situs-situs terkenal, reseller, toko online, atau kegiatan tulis menulis seperti : freelance writer (pengisi konten website), copywriter, membuat ebook, membuat buku, menjadi blogger (menghasilkan uang dengan blog), job karier lewat internet,atau lowongan kerja online, advertising (periklanan), designer web, theme, publisher iklan, publisher buku, dan masih banyak ragam jenis bisnis lainnya.
Hendaknya Anda menentukan salah satu jenis bisnis yang hendak Anda tekuni sesuai dengan minat dan kemampuan Anda. Kemudian fokuslah untuk melakoninya, jangan sampai Anda memilih banyak jenis pekerjaan yang akan dilakukan karena Anda akan kehilangan fokus, dan akan memperlambat tumbuh kembang bisnis yang akan Anda jalankan. Sehingga sebelum Anda menikmati hasil pekerjaan Anda, Anda akan keburu jenuh, bosan karena sudah lama menjalankan bisnis tersebut namun penghasilan tidak memadai atau malah membuat Anda defisit. Karena dengan fokus Anda tidak akan membagi energi dan konsentrasi Anda. Sehingga Anda akan terus berusaha menaiki anak tangga demi anak tangga menuju keberhasilan.
Selamat mencoba…!
Semoga informasi ini bermanfaat bagi yang sedang mencari peluang usaha bagi para ibu di rumah. Insya Allah pada posting berikutnya akan ada ulasan mengenai masing-masing jenis bisnis online yang telah saya sebutkan diatas. Sampai jumpa pada artikel berikutnya dan salam sukses.

Selasa, 01 Februari 2011

mau jual gorengan?

(Penjual Gorengan Untung Bersih Rp. 12.000.000,-. Kalah Gaji Gue!)

glowwupmagazine.com – Ya, Ramadhan adalah bulan yang membawa berkah bagi setiap orang. Pada bulan Ramadhan ini, biasanya para pelaku usaha mengalami peningkatan omset yang drastis. Salah satunya yang paling merasakan adalah Mang Agus. Pria berperawakan mungil asal Majalengka, Jawa Barat ini tak sengaja saya temui saat menepi untuk berbuka puasa dalam sebuah perjalanan menuju liputan ke Sawangan, Depok. Seperti biasa, saat dalam perjalanan, saya memang terbiasa berbuka puasa ala kadarnya dengan teh botol dan gorengan untuk mengganjal rasa lapar.

Melihat dagangannya tinggal sedikit, timbul rasa penasaran saya, sebenarnya berapa sih pendapatan tukang gorengan kayak si Mang Agus ini? Saya pun akhirnya membuka percakapan dengan dirinya. Mang Agus bercerita banyak, termasuk tentang berkah Ramadhan yang ia rasakan tahun ini.

Mang Agus memang patut bersyukur. Betapa tidak, sejak datangnya bulan Ramadhan, pendapatannya meningkat lebih dari 100%. “Kalau hari-hari biasa sih, paling dapetnya cuma Rp. 300.000,-, tapi kalau bukan Ramadhan gini, sehari saya bisa ngantongin Rp. 700.000,- mas” Tutur Mang Agus. Ia juga menambahkan, supaya bisa ngantongin Rp. 700.000,- ia harus menjual sekitar 1200 buah gorengan yang ia bagi ke dalam beberapa jenis, yaitu; tahu isi, bakwan, singkong, pisang goreng, pisang molen, pisang cokelat, risol, dan gandasturi. Setelah mendengar penjelasannya, saya jadi semakin penasaran, “berapa modalnya si Mang Agus ya untuk jualan segitu banyak gorengan?”

“Satu biji gorengan itu modalnya Rp. 300,- sampai Rp. 400,-, dijualnya Rp. 600. Jadi kalau dihitung per bulan, saya bisa ngantongin untung bersih sekitar Rp. 12.000.000,- saat bulan Ramadhan” Jabar Mang Agus sembari menggendong anaknya yang baru berusia 2 tahun.

Saya jelas tersentak mendengar pengakuannya, “Kalah gaji gue sama tukang gorengan”, desis saya dalam hati. Memang mungkin bagi sebagian orang profesi Mang Agus tidak elit, namun ternyata pendapatannya setara dengan gaji manajer-manajer perusahaan menengah atas.

Karena saya harus melanjutkan perjalanan menuju Sawangan, penjabaran Mang Agus tersebut kemudian mengakhiri perbincangan kami berdua. “Apa jadi tukang gorengan aja gue?”